Keberagaman budaya bisa menjadi salah satu daya tarik wisatawan untuk mendatangi suatu daerah. Salah satu daerah tersebut adalah daerah Jogja yang menjadi destinasi wisata cukup populer di Indonesia. Keragaman budaya yang cukup menarik di daerah ini adanya perpaduan kebudayaan China dan Jawa, yang berbaur dalam arsitektur  seperti bangunan Klenteng Klenteng Fuk Ling Miau Gondomanan.

Saat wisatawan memasuki halaman Klenteng Fuk Ling Miau akan dibuat takjub oleh arsitektur bangunan yang begitu memukau. Sekilas jika wisatawan melihat dengan seksama, Klenteng ini atau yang sering disebut dengan Klenteng Gondomanan, memadukan arsitektur bergaya China dan Jawa.

Patung Dewa dan lukisan alam yang menghiasi dinding-dinding di Klenteng Gondomanan ini menjadi ciri khas dari arsitektur bergaya China. Sementara, arsitektur bergaya Jawa sendiri dapat wisatawan lihat di langit-langit dan berwujud ukiran sepasang naga langit, lengkap dengan perpaduan cat berwarna kuning merah.

 

Sejarah Klenteng Fuk Ling Miau Gondomanan

 

Menurut sejarahnya Klenteng ini sudah dibangun lebih dari 200 tahun yang lalu. Tanah di Klenteng ini juga merupakan hadiah dari Sultan Hamengku Buwono VII untuk warga Tionghoa yang diwakilkan oleh Mayor Tionghoa bernama Yap Ping Liem.

Klenteng Fuk Ling Miau ini sendiri memiliki arti tempat ibadah dengan keberkahan yang tak terhingga. Kata Fuk itu bisa diartikan berkah, selanjutnya kata Ling memiliki arti tak terhingga, kemudian kata Miau sendiri sebenarnya berarti Klenteng.

Salah satu hal yang begitu unik dari Klenteng Gondomanan ini terbagi menjadi tiga tempat peribadatan. Yang pertama yakni Klenteng Fuk Ling Miau untuk umat Konghucu. Kemudian, di bagian belakang terdapat vihara Budha Prabha untuk umat Budha. Lalu, yang terakhir, di bagian samping terdapat ruangan khusus untuk umat yang menganut Taoisme atau agama Tao. Klenteng ini sendiri memiliki tuan rumah, yakni Dewa Amurwa Bumi. Banyak wisatawan, khususnya dari China serta Taiwan, yang meminta perlindungan kepada Dewa Amurwa Bumi ketika berkunjung ke Jogja. Klenteng ini pun juga termasuk sebagai tempat ibadah Warisan Budaya Yogyakarta karena usianya yang sudah lebih dari 200 tahun.

Tradisi Imlek di Klenteng Ini

 

Ketika melihat ke atas dan terkagum-kagum dengan arsitektur Klenteng Gondomanan ini, wisatawan akan melihat sebuah lonceng raksasa yang menggantung di salah satu dinding. Ternyata, lonceng raksasa tersebut digunakan sebagai pertanda datangnya Tahun Baru Imlek. jadi hanya dibunyikan satu tahun sekali, di malam Tahun Baru Imlek.

 

Wisata di Klenteng Gondomanan

 

Saat ini, Klenteng Gondomanan Fuk Ling Miau dan Vihara Buddha Prabha ini tak hanya dikunjungi oleh umat Konghucu yang hendak melakukan ibadah saja, melainkan wisatawan lokal hingga mancanegara.

Namun, ada beberapa hal yang perlu wisatawan perhatikan sebelum masuk ke Klenteng ini. Karena Klenteng ini merupakan tempat ibadah yang disucikan jadi wisatawan harus jaga kebersihan dan sopan santun. Salah satunya adalah tidak diperbolehkan menggunakan pakaian yang terbuka, kemudian juga harus melepas alas kaki saat memasuki klenteng.

Untuk wisatawan yang ingin melakukan sembahyang di Klenteng ini, kalian bisa membeli satu paket hio atau dupa seharga Rp20 ribu. Beralamat di Jalan Brigjend Katamso Nomor 3, Kelurahan Prawirodirjan, Kecamatan Gondomanan, Kota Jogja, Klenteng ini buka mulai dari pukul 06.00 sampai 21.00 WIB setiap harinya.

Bagaimana menarik sekali bukan tempat wiasta religi ini, jangan lewatkan juga tempat wisata menarik lainnya yang ada di website ini.