Bagaimana Pelayanan di Gereja ? : Niat bersyukur atau Cari Spotlight
Dasar Alkitabiah dalam Pelayanan
Dasar pelayanan yang sejati dapat ditemukan dalam banyak ayat Alkitab yang menekankan pentingnya hati yang tulus dan niat yang benar. Salah satu ayat kunci adalah:
“Dan apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.” (Kolose 3:23)
Ayat ini mengingatkan kita bahwa segala sesuatu yang kita lakukan, termasuk pelayanan di gereja, harus dilakukan untuk Tuhan, bukan untuk manusia. Niat di balik pelayanan kita adalah wujud rasa syukur kepada Tuhan atas kasih-Nya yang melimpah, bukan untuk mendapatkan pujian atau penghargaan dari orang lain.
Selain itu, Yesus juga mengajarkan tentang pentingnya kerendahan hati dalam melayani:
“Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.” (Matius 23:11)
Yesus sendiri adalah teladan utama dalam melayani. Dia, sebagai Anak Allah, datang ke dunia bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani (Markus 10:45). Dengan mengikuti teladan-Nya, kita dipanggil untuk melayani dengan rendah hati, penuh kasih, dan tanpa pamrih.
Melayani dengan Rasa Syukur
Rasa syukur adalah fondasi utama dalam pelayanan yang sejati. Ketika kita merenungkan kasih dan anugerah Tuhan dalam hidup kita, pelayanan menjadi respons alami yang lahir dari hati yang bersyukur. Daud, dalam Mazmur 100:2, berkata:
“Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai!”
Sukacita dalam melayani lahir dari kesadaran bahwa segala sesuatu yang kita miliki adalah pemberian Tuhan. Hidup, bakat, waktu, dan kesempatan adalah anugerah yang seharusnya kita gunakan untuk memuliakan-Nya. Dengan melayani, kita mengungkapkan rasa syukur atas berkat-berkat ini, tanpa mengharapkan balasan atau pengakuan dari manusia.
Tantangan di Era Modern
Di era modern, godaan untuk “mencari spotlight” dalam pelayanan semakin besar. Media sosial sering menjadi panggung di mana orang dapat memamerkan apa yang mereka lakukan. Tidak jarang, pelayanan di gereja berubah menjadi ajang untuk mendapatkan “like,” “share,” atau bahkan pengakuan dari komunitas.
Hal ini menjadi masalah ketika fokus pelayanan bergeser dari Tuhan kepada diri sendiri. Paulus mengingatkan kita dalam Filipi 2:3:
“Janganlah kamu melakukan sesuatu karena kepentingan diri sendiri atau karena kesombongan belaka. Sebaliknya, hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri.”
Pelayanan yang sejati bukan tentang menunjukkan betapa hebatnya kita, melainkan tentang menunjukkan betapa hebatnya Tuhan. Kita dipanggil untuk melayani dengan kerendahan hati, tanpa memikirkan pujian atau penghargaan.
Mengenali Motivasi yang Salah
Untuk melayani dengan tulus, kita perlu secara aktif mengevaluasi motivasi di balik tindakan kita. Berikut adalah beberapa tanda bahwa mungkin ada motivasi yang salah dalam pelayanan:
- Fokus pada Pengakuan: Merasa kecewa atau marah ketika pelayanan kita tidak dihargai atau diakui oleh orang lain.
- Membandingkan Diri : Selalu membandingkan pelayanan kita dengan orang lain untuk melihat siapa yang lebih baik atau lebih dihormati.
- Melayani demi Kepentingan Pribadi : Menggunakan pelayanan sebagai alat untuk meningkatkan status sosial atau mendapatkan keuntungan tertentu.
Jika kita menemukan tanda-tanda ini dalam hati kita, langkah pertama adalah datang kepada Tuhan dalam doa, memohon pengampunan dan pertolongan-Nya untuk memurnikan niat kita. Mazmur 51:12 berkata:
“Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!”
Mengembalikan Fokus kepada Tuhan
Untuk memastikan bahwa pelayanan kita berakar pada rasa syukur, kita perlu secara aktif mengarahkan fokus kita kepada Tuhan. Berikut adalah beberapa langkah praktis yang dapat membantu:
- Refleksi Pribadi: Luangkan waktu untuk merenungkan kasih karunia Tuhan dalam hidup Anda. Tulis daftar berkat yang telah Anda terima dan jadikan itu sebagai motivasi untuk melayani.
- Doa Sebelum Melayani: Berdoalah sebelum memulai pelayanan, memohon agar Tuhan memurnikan hati Anda dan mengarahkan niat Anda untuk memuliakan-Nya.
- Fokus pada Orang Lain: Alihkan perhatian dari diri sendiri dengan memusatkan perhatian pada kebutuhan orang-orang yang Anda layani.
- Hindari Pamer: Jika memungkinkan, lakukan pelayanan Anda tanpa mengumumkannya kepada orang lain. Seperti yang Yesus ajarkan:
“Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu.” (Matius 6:3)
Buah dari Pelayanan yang Tulus
Ketika pelayanan dilakukan dengan hati yang tulus, ada banyak buah rohani yang dapat kita nikmati, di antaranya:
- Kedamaian Hati: Pelayanan yang tulus membawa damai sejahtera karena kita tahu bahwa kita melakukan apa yang benar di hadapan Tuhan.
- Kedekatan dengan Tuhan: Melayani dengan rasa syukur memperkuat hubungan kita dengan Tuhan, karena kita semakin menyadari kehadiran-Nya dalam hidup kita.
- Dampak Positif: Pelayanan yang tulus lebih efektif dalam memberkati orang lain, karena mereka dapat merasakan ketulusan dan kasih yang kita berikan.
Pelayanan di gereja adalah panggilan mulia yang membutuhkan hati yang murni dan niat yang benar. Ketika kita melayani, biarlah itu menjadi wujud rasa syukur atas kasih dan anugerah Tuhan, bukan sebagai alat untuk mencari spotlight atau balasan tertentu. Dengan fokus kepada Tuhan dan mengikuti teladan Yesus, kita dapat melayani dengan sukacita, rendah hati, dan penuh kasih.
Mari kita terus mengingat firman Tuhan dalam 1 Korintus 15:58:
“Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.”
Biarlah pelayanan kita menjadi persembahan yang harum di hadapan Tuhan, sebagai ungkapan cinta dan syukur kepada-Nya. Amin.